Candi Simping, Jejak Akhir Raja Pertama Majapahit - Manusia Lembah

Candi Simping, Jejak Akhir Raja Pertama Majapahit

Candi Simping Blitar. Blitar dikenal sebagai kota proklamator dengan berbagai wisata menarik di dalamnya. Blitar menyimpan banyak cerita sejarah, mulai dari kerajaan Hindu-Budha hingga masa kemerdekaan. Hal ini tampak dari adanya beberapa peninggalan berupa candi-candi dan tempat bersejarah yang tersebar di Blitar. 

Selain Makam Bung Karno yang menjadi tujuan wisata populer, ada makam proklamator Kerajaan Majapahit yaitu Raden Wijaya. Seperti diketahui dalam sejarah, Raden Wijaya merupakan pendiri Kerajaan Majapahit. Pada kepercayaan masa itu, bukan jasad Raden Wijaya yang dimakamkan tetapi berupa tempat perabuan yang dikenal dengan nama Candi Simping.

Candi Simping - Jejak Akhir Raja Pertama Majapahit

Candi Simping terletak di Dusun Krajan, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Rute dari Blitar ke arah Kademangan mengikuti arah ke Pantai Tambakrejo. Setelah pom bensin di kiri jalan, ikuti petunjuk ke arah Candi Simping di jalan masuk sebelah kanan. Ikuti petunjuk arah, Candi Simping ada di sebelah kiri jalan.

Candi Simping dikenal sebagai tempat perabuan Raden Wijaya (Sri Kertarajasa Jayawardana) yang wafat pada tahun 1309. Kitab Negarakertagama juga menyebutkan bahwa Raden Wijaya diperabukan di Candi Brau Trowulan. 

Pada zaman kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, tempat perabuan raja yang meninggal akan dicandikan dan diwujudkan sebagai dewa yang mereka puja semasa hidup, karena raja dianggap perwujudan dewa. 

Candi di Blitar ini berbeda dengan candi-candi lain yang berdiri megah. Candi Simping ini hanya tersisa sebagian dan bangunan utama candi hanya tinggal pondasinya. Namun, sisa peradaban Kerajaan Majapahit tetap bisa dirasakan di tempat wisata sejarah ini.

Raden Wijaya dan Majapahit

Menurut prasasti Kudadu (1216 saka), Singasari ketika pemerintahan Raja Kertanegara mendapat serangan dari tentara Kediri di bawah Jayakatwang. Keadaan yang memporak porandakan Singasari ini menyisakan seorang ksatria bernama Raden Wijaya. 

Putra mahkota ini sempat menyelamatkan diri dan meminta perlindungan sahabatnya, Bupati Arya Wiraraja di Madura. Meski sebelumnya Arya Wiraraja pernah diam-diam membantu Jayakatwang, kini dia memihak Raden Wijaya dengan memohon raja Kediri untuk menerima Raden Wijaya sebagai pengatur hutan di Tarik, tempat prabu Daha berburu.

Disitulah kemudian Raden Wijaya membabat dan menata hutan di Tarik dibantu Arya Wiraraja. Lambat laun hutan tersebut berubah fungsi sebagai desa yang tertata baik layaknya sebuah negara. Karena terdapat buah Maja yang rasanya pahit, dukuh Tarik pun diubah namanya menjadi Majapahit.

Berikutnya tentara Tartar dari Mongol berniat menggempur Singasari yang sudah runtuh. Hal ini dimanfaatkan Raden Wijaya untuk bergabung dengan tentara Tartar dan menggempur kerajaan Kediri yang dianggap penerus Singasari. Gabungan pasukan tersebut berhasil membumihanguskan kerajaan Kediri. Runtuhnya Kediri menjadi kelahiran Kerajaan Majapahit dibawah pemerintahan Raden Wijaya.

Raden Wijaya sangat dimuliakan rakyatnya berkat kemakmuran dan keadilan yang diberikan. Dia rendah hati dan tidak pernah melupakan leluhurnya. Raden Wijaya memperhatikan beberapa candi yang difungsikan pendharmaan leluhurnya di daerah.

Pada masa tuanya, banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh teman-teman dekatnya. Pemberontakan Ranggalawe dan pembalasan Lembu Sora bisa dipadamkan pada tahun 1300 M. Pada tahun 1231 atau tahun 1309 M, Raden Wijaya mangkat dan pendharmaan abunya di Antahpura dalam peripih tersimpan di Candi Simping.

Candi Simping - Jejak Akhir Raja Pertama Majapahit
Pendharmaan Abu Raden Wijaya

Sekilas Tentang Candi Simping

Berikut penjabaran dan penegasan tentang Candi Simping (Candi Sumberjati) yang terhimpun di dalam kitab Negarakertagama :
  1. Pupuh XLVII/3 : tahun Saka surya mengitari bulan (1231 Saka atau 1309 M), Sang Prabu (Raden Wijaya) wafat, disemayamkan di dalam pura Antahpura, begitu nama makam dia, dan di makam Simping ditegakkan arca Siwa...
  2. Pupuh LXI/4 (perjalanan Raja Hayam Wuruk 1) : Baginda Raja meninggalkan Lodoyo menuju desa Simping, dengan rela seraya memperbaiki candi tempat memuja leluhur. (Sah sangke lodhaya sira manganti simping, sweccha nambya mahajanga ri sang hyang dharma,)
  3. Pupuh LXII/1 (perjalanan Raja Hayam Wuruk 2) : Pada tahun saka Anilastanah-1285 (1363 Masehi) Baginda Raja dikisahkan, Baginda Raja pergi ke Simping konon akan memindahkan candi. (Irikanganilastanah saka nrepeswara Warnana, mahasahasi simping sang hyang dharma rakwa siralihen,)

Raden Wijaya diwujudkan sebagai Arca Harihara karena peranannya yang besar dalam sejarah Singasari - Majapahit. Dia dianggap sebagai Wisnu yang berhasil  menyelamatkan Singasari dari serangan Jayakatwang dan dianggap Syiwa karena penganut Syiwa yang taat. Harihara berasal dari kata "hari" sebagai nama lain Dewa Wisnu dan "hara" nama lain Dewa Siwa.

Candi Simping - Jejak Akhir Raja Pertama Majapahit
Sketsa Candi dan Arca Harihara
Tertulis bahwa pada zaman Raja Hayam Wuruk, Candi Simping pernah dipugar. Namun kini, kondisi Candi Simping hanya berupa lantai pondasi, sedangkan bangunannya sudah runtuh. Reruntuhan bangunan candi ditata dengan rapi di area sekitar candi sehingga sisa-sisa kemegahan Candi Simping pada masanya masih bisa dirasakan.

Karakteristik Candi Simping

Berbeda dengan candi-candi di Trowulan, Candi Simping dibangun dengan bahan dasar batu andesit. Candi Simping menghadap ke barat dengan panjang 10,5 meter dan lebar 8,5 meter. 

Di sisi barat ada tangga sebagai jalan masuk ke ruang candi. Dinas Kepurbakalaan memperkirakan bentuk candi ini ramping seperti candi Jawa Timur'an dengan tinggi sekitar 18 meter.

Pada batur candi atau dasar dari struktur candi, terpahat berbagai relief macam binatang seperti singa, angsa, merak, burung garuda, babi hutan dan kera. Sedangkan di halaman candi ada hiasan-hiasan bermotif suluran bunga.

Di tengah batur candi ada batu berbentuk kubus sebagai tempat sesajian yang dulunya tempat abu Raden Wijaya. Di atas pintu utama dipahat kepala Kala sebagai penjaga pintu mengelilingi 4 sisi candi. Di Candi Simping sebenarnya ada arca Harihara setinggi 2 meter dan kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.

Candi Simping - Jejak Akhir Raja Pertama Majapahit
Pahatan Kepala Kala
Reruntuhan Candi Simping sebagian diletakkan rapi di sebelah barat, sementara di sebelah utara terdapat 4 buah makara berupa Kepala Raksasa. Di sebelah timur terdapat reruntuhan badan dan atap candi. 

Sedangkan di bagian selatan terdapat sebuah Lingga-Yoni yang bagian bawah bersudut empat dan bagian atas bersudut delapan.

Candi Simping - Jejak Akhir Raja Pertama Majapahit
Reruntuhan Barat Candi Simping
Kondisi Candi Simping yang nyaris rata dengan tanah dengan sisa reruntuhan tidak memungkinkan untuk dipugar karena banyak bagian candi yang hilang. Sisa reruntuhan candi yang tertata rapi pun dirawat dengan baik oleh penjaga candi, Bapak Susilo. 

Melihat kondisi Candi Simping ini tentu sedih. Bagaimanapun, disinilah seorang pendiri Kerajaan Majapahit diperabukan dan kini situs Candi Simping dipandang sebelah mata. Meski begitu, Candi Simping masih layak dikunjungi untuk pengkajian ilmu maupun rekreasi. 

Tips Mengunjungi Candi Simping Blitar : 

  1. Merupakan bangunan yang bersejarah dan tempat yang disucikan pada masanya, jagalah sikap dan hormati kepercayaan setempat. 
  2. Jangan merusak atau melakukan vandalisme di area wisata sejarah Candi Simping. 
  3. Ikuti aturan berlaku yang sudah tertera. Ada beberapa bagian reruntuhan yang dilarang untuk disentuh, diinjak ataupun dinaiki. 
  4. Untuk masuk ke dalam candi yang tinggal reruntuhan, ikutilah aturan dengan melepas alas kaki untuk menghormati Raden Wijaya sebagai leluhur yang dalam kepercayaan Hindu diwujudkan sebagai dewa. 
  5. Jagalah kebersihan di area tempat wisata.